Diceritakan kembali oleh:
Nasib TS
Ada cerita lain yang menarik didapatkan ketika kita menjejakkan kaki di Pulau Kampai, Pangkalansusu , Sumatera Utara. Selain Legenda Mas Merah, kita dapat menemukan makam Keramat Panjang. Dua makam kuno ini panjangnya masing-masing kira-kira 8 meter dan 6 meter. Warga setempat menyebutnya makam Keramat Panjang dan hingga kini masih misteri tentang identitas yang terkubur dalam makam itu.
Tidak sulit menemukan makam keramat itu. Dari dermaga Pulau Kampai, kuburan tersebut hanya berjarak sekitar 300 meter. Kuburan itu berada dalam sebuah bangunan berpagar kayu bercat putih. Di dalam bangunan berjejer dua buah nisan. Yang satu memiliki ukuran sekitar 6 meter dan yan satunya lagi 8 meter. Di kedua nisan tersebut tidak ada satu pun identitas yang bisa dijadikan bukti kuburan siapa sebenarnya.
Masyarakat di sini percaya jika kuburan ini sudah ada sebelum zaman penjajahan Belanda. Hingga saat ini, kuburan keramat panjang ini masih sering dikunjungi oleh masyarakat . Kabarnya, kuburan ini sebelumnya pernah diteliti ilmuan dari Belanda. Namun hasilnya nihil. Ukiran di batu nisan yang mirip dengan tulisan China, sempat diyakini masyarakat jika kuburan ini adalah kuburan etnik Tionghoa. Tapi lagi-lagi, teori tersebut masih belum bisa dipercayai seratus persen masyarakat sini. Kemisteriusan kuburan Keramat Panjang meninggalkan banyak versi cerita melalui penuturan warga yang menyebar dari mulut ke mulut. Apa pun versi cerita yang diperoleh, pesan moralnya tetap sama. Bahwa kita harus tetap menjaga kearifan lokal dan menghargai jejak sejarah sebagai bagian perjalanan kehidupan yang bergerak menyongsong masa depan.
***
Pada zaman dahulu di Pulau Kampai, hiduplah seorang tokoh ulama yang sangat dihormati bernama Teuku Keramat Panjang. Nama Keramat Panjang sudah dilafal sejak dari tiga generasi penduduk Pulau Kampai. Nama Teuku Keramat Panjang memiliki hubungan erat dengan ulama besar dari Langsa.
Teuku Keramat Panjang orangnya baik hati. Dia menyebarkan ilmu agama dengan media dakwah dan menunjukkan keteladanan. Nama asli dari Teuku Keramat Panjang adalah Teuku Sulthan Muhammad. Ia berasal dari Pakistan dan seorang ulama besar. Saat tiba di Pulau Kampai, ia berusia 13 tahun dan menetap di Pulau Kampai sampai akhir hayatnya. Di Pulau Kampai ia bekerja menjadi pedagang, seperti jual-beli emas, kain dan lain-lain.
Di samping sebagai pedagang, ia juga membuka perpustakaan seraya menulis buku-buku agama, bahan-bahannya beliau ambil dari Mesir.
Mengingat ilmu agama beliau sangat luas, beliau juga berdakwah di Pulau Kampai.
Teuku Sulthan Muhammad menikah dengan seorang wanita berumur 14 tahun di Pulau Kampai, istri beliau bernama Siti Bahara Silalahi. Ayah Siti Bahara Silalahi berasal dari Kabanjahe yang semasa hidupnya ayah Siti
Bahara Silalahi juga seorang pedagang Sedangkan ibu Siti Bahara Silalahi, berasal dari tanah Deli.
Boleh dikata Keramat Panjang dengan buku-buku dan perpustakaannya merupakan pelopor gerakan literasi di Pulau Kampai yang inspiratif. Keramat Panjang tidak hanya pedagang sukses, namun seorang intelektual dan agamawan yang menjadi teladan dalam berbagi ilmu di tengah kehidupan masyarakat.
Pesan moralnya, dalam kehidupan kita jangan semata-mata mengejar dunia. Disela kesibukan berniaga, seyogianya kita menyiapkan waktu untuk ibadah dan pengabdian serta melakukan hal-hal yang berguna bagi masyarakat sekitarnya. Seperti Teuku Keramat Panjang yang hidup semata-mata tidak mencari uang, namun ia juga membangun perpustakaan dan berbagi pengetahuan kepada masyarakat.
Ketika wafat ia meninggalkan sesuatu kenangan yang begitu dihormati masyarakat. Mungkin ini pula yang menjelaskan, makam Keramat Panjang masih utuh karena dijaga dan dihargai masyarakatnya hingga saat ini.